Sabtu, 25 April 2009

KISAH ROMAN ICIL 2....
Di suatu siang di sebuah sekolah bernama Akademi Idola Cilik 2, tepat saat jam istirahat dimana semua murid sibuk bermain dan jajan di kantin, dua orang gadis yang bersahabat dekat duduk di bangku taman sambil memperhatikan murid-murid lelaki yang sedang berpanas2 main basket di tengah lapangan. Salah seorang di antara murid laki2 itu, Cakka, sang kapten basket, tampak berkali2 melemparkan pandangan ke bangku taman yang diduduki dua cewek tadi, Oik dan Rahmi.
Awalnya Oik dan Rahmi tidak begitu peduli. Sampai akhirnya Oik yang agak risih karena merasa terus diawasi, mengungkapkan ketidaknyamanannya tersebut pada Rahmi. Sambil melirik ke Cakka, Oik pun berbisik pada Rahmi, “Dengarkan curhatku… tentang dirinya… betapa anehnya… tingkah lakunya…”. Rahmi pun tak bisa berbuat banyak, mengingat mereka hanya anak cewek yang nggak sepantasnya menanyakan keanehan sikap Cakka tersebut pada orang yang bersangkutan.
Oik pun berusaha berbaik sangka dengan menganggap sikap aneh Cakka yang terus memperhatikan dirinya dari kejauhan itu, adalah suatu bentuk keramahan yang selalu ditunjukkan Cakka pada semua teman2nya di Akademi Idola Cilik 2 ini. Namun ternyata nggak berhenti sampai disitu aja. Berkali2 Cakka tampak berusaha mencuri perhatian Oik dengan membuang bola ke arah Oik dan Rahmi, lalu meminta ijin pada teman2nya untuk mengambilkan bola itu. Setelah berada di depan Oik dan Rahmi, Cakka lantas melempar senyum manis pada Oik dan segera lari ke lapangan untuk kembali melanjutkan permainan. Oik dan Rahmi cuma bisa saling berpandangan heran.
Tapi karena Cakka melakukannya nggak cuma sekali dua kali, melainkan berkali2, akhirnya dengan segenap kecurigaan yang membuncah di dada, Oik pun memberanikan diri menghampiri Cakka di tengah lapangan. Semua anak cowok pada ngeliatin, tapi Oik nggak peduli. Setelah berada tepat di hadapan Cakka, Oik pun langsung blak-blakan ke Cakka, “Jujurlah padaku… jujurlah padaku… kau menyimpan rasa… kau menyimpan rasa… cinta… Nyatakan padaku… nyatakan padaku… perasaan itu… perasaan itu… cintaaa…” Telunjuk Oik berkali2 mampir ke dada Cakka.
Cakka yang kaget melihat keberanian Oik, hanya bisa tersenyum malu dengan pipi yang bersemu merah jambu. Cakka nggak bisa berkata2 apa2 lagi, karena ternyata isi hatinya udah terlanjur ketahuan. Cakka cuman bisa menatap dalam ke mata Oik. Tiba2 Irsyad menghampiri mereka berdua, hendak mengajak untuk melanjutkan permainan yang sempat terhenti. Sebelum sempat Irsyad mengutarakan maksud dan tujuannya, Cakka malah membisikkan sesuatu ke telinga Irsyad, “Dengarkan curhatku… tentang dirinya… betapa manisnya… senyum bibirnya…”
Irsyad cuman bengong dibisikin gitu sama Cakka, terus dia balik ngebisikin Cakka, “Dia nggak lagi senyum. Tapi cemberut!” Tapi Cakka nggak peduli. Cakka malah senyam-senyum mulu dipelototin sama Oik. Oik juga tetap bertahan menunggu kejujuran Cakka. Tiba2 seorang murid teladan nan kalem, Obiet, datang ke tengah2 mereka berdua. Dengan buku2 tebal yang baru diangkutnya dari perpus, Obiet pun memberi sedikit wejangan pada Oik dan Cakka yang terlihat berseteru di tengah lapangan, “Engkau masih anak sekolah… belom pubertas… belom tepat waktu tuk begitu begini… anak sekolah… datang kembali… dua atau tiga tahun lagiiiii…”
Oik pun akhirnya memilih mengalah dari ‘perseteruan’ dengan Cakka. Namun belum sempat kakinya berbalik arah, Cakka bikin ulah lagi. Kali ini kayaknya sengaja nyindir2 Oik deh… Sambil menggendong bola basket di lengan kirinya, Cakka mengeraskan volume suaranya, “Oh.. tiada yang hebat dan mempesona ketika kau lewat... di hadapanku.. biasa saja. Waktu perkenalan.. lewatlah sudah.. ada yang menarik.. pancaran diri.. terus menganggu. Mendengar cerita sehari2... yang wajar tapi tetap mengasyikkan..”
Hati Oik sedikit berdesir gemanaaaa geto! waktu si Cakka bilang gitu… Oik nggak mungkin ngebohongin perasaan sendiri. Setelah berkali2 menelan ludah dan menatap Cakka sekilas, Oik pun membalas sindiran Cakka, “Saat kau berjalan.. di muka rumahku.. penuh gaya. Tersingkap pandanganku.. hingga ku terpesona. Siapakan dirimu.. hatiku ingin tahu.. segeraa… Hati yang berbunga pada pandangan pertama.. Oh Tuhan tolonglah.. aku cinta dia… Dimanakah rumahmu.. siapakah namamu.. sebutkanlah. Kuingin berkenalan.. terimalah salamku. Gayamu dan wajahmu terbawa dalam mimpi.. diriku.. dimabuk asmara… Hati yang berbunga pada pandangan pertama.. Oh Tuhan tolonglah.. aku cinta.. aku cinta diaa..”
Cakka jadi sumringah waktu tahu kalo Oik ternyata punya perasaan yang sama. Dengan sedikit malu2, akhirnya mereka sama2 mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan. “Cakka.” Kata Cakka singkat. Oik tersenyum manis sambil membalas jabat tangan Cakka, “Oik.”
Lalu Oik pun kembali ke bangku taman dan berbincang dengan Rahmi. Namun disitu Oik malah ragu dengan perasaannya pada Cakka. Oik pun mengutarakannya ke Rahmi, “Ku tak tahu apa yang terjadi.. padahal hatiku kini… tak kumengerti… Getar ini belum pernah ada… tak pernah kurasakan… selama ini… Malu-malu aku mengakuinya… karena aku kini belum dewasa. Berjuta cahaya datang padaku… menari denganku… menyanyikan lagu tentangnya… duhai bintang mungkinkah yang kurasa… apakah sudah saatnya… untukku menyukainya…”
Sambil tersenyum melihat kegundahan sahabatnya tersebut, Rahmipun menjawab, “Jatuh cinta tak kenal usia… tua muda… janda dan duda.. Jatuh cinta itu indah… jangan kau takut jatuh cinta… “
Oik kembali tersenyum setelah dinasehati sahabatnya tersebut, lalu tiba2 anak2 di Akademi Idola Cilik 2 pada menghambur ke arah mereka, sambil koor, “Oik dan Cakka… menjalin cinta… cinta bersemi… dari Akademi… Oik dan Cakka… mengikat janji… Janji setia… setia abadi… Oh Oik… Oh Cakka… Cintamu abadi… Wahai Oik.. duhai Cakka… tiada prasangka.. merenggut kasihmu…”
Pipi Oik bersemu merah. Maluuu… banget! Nggak berapa lama sesosok cowok dengan satu pot bunga mawar menyeruak dari kerumunan. CAKKA! Cakka menyodorkan pot bunga mawar itu ke Oik sambil ngomong, “Kau ciptaanNya yang terindah.. yang meremukkan hatiku.. semua telah terjadi.. aku tak bisa berhenti memikirkanmu… dan kuharapkan engkau tau… Kau yang kurindukan, meski tak kuungkapkan… kau yang kuharapkan, kuimpikan, inginkan… aku jatuh cinta… tlah jatuh cinta… cinta kepadamu.. tlah jatuh cinta… I’m falling in love… I’m falling in love with you..””
Wuiidiihhh… Oik jadi GR sendiri nih! Setelah berdiskusi dan berbisik2 dengan Rahmi, diiringi seruan ‘cieh-cieh’ dari anak2, akhirnya Oikpun membalas pernyataan Cakka barusan, “Buktikanlah kau cinta padaku… buat aku tergila2 padamu… jangan dulu kau lelah menunggu… kuingin lihat kesungguhanmu… sebelum ku bilang I love you…”
Cakka menjentikkan jarinya. “Aaahh… OKE!”
Belum sempat Cakka membuktikan rasa cintanya ke Oik, tiba-tiba sebuah suara menggelegar dari tengah lapangan. “CAKKKAAAAAA!!!” Semua mata menoleh ke sumber suara. “PAK DAVE!”
“Balikin mawar Bapak sekaraaaangggg!!!” dan Pak Dave, yang notabene guru fashion dan demen banget ngoleksi bunga, pun nguber2 Cakka keliling lapangan. Cakka bandel sih… nggak ada modal beliin Oik bunga… malah nyolong mawarnya Pak Dave!
Sambil ngos2an, di tengah perjuangan muterin lapangan basket, Cakka pun berkoar2 ke arah Pak Dave, “Maramaramaramara itu nggak perlu. Udahan marahnya.. cepetan dong cepetan dong… mau pingsan nih..”
Pak Dave membalas, “Ku tak peduliiiii…”
Sedangkan anak2 ICIL lainnya cuman bisa cekakakan ngeliat aksi kejar-mengejar itu dari pinggir lapangan. Oik yang terlanjur tahu kalo mawar itu nyolong dari ruang kerja Pak Dave, langsung cemberut, melengos dan berteriak keras2 ke arah lapangan, biar Cakka denger. “Cintaku.. cintaku padamu… tak besar seperti dulu! Maumu begini… maumu begitu… tak pernah engkau hargai aku!”
Cakka yang denger suara Oik, langsung buru2 menghampiri Oik dan mengacuhkan Pak Dave yang udah pingsan di tengah lapangan. “Jangan-jangan kau menolak cintaku… jangan-jangan kau acuhkan hatiku… ku kan slalu setia menunggu.. untuk jadi pacarmu…”
Oik pun jadi nggak tega ngeliat Cakka yang udah berjuang demi dirinya, dengan lari2an di tengah lapangan akibat diuber2 Pak Dave. Demi melihat Cakka yang berpeluh alias banjir keringat, dengan napas putus2, akhirnya rasa iba Oik pun muncul. Kemudian Oik bilang, “Telah aku maafkan… semua kesalahanmu… Cintaku Cuma ada satu… cuma untuk mencintaimu… jangan engkau sakiti lagi… nanti aku bisa mati…”
Cakka langsung seger lagi begitu denger pernyataan itu dari Oik. Langsung deh tangan Oik dia genggam, trus dicium bentar, trus Cakka bilang, “Terimakasih cinta… untuk segalanya… kau berikan lagi… kesempatan itu… tak akan terulang lagi… semua… kesalahanku… yang pernah menyakitimu..”
TAMAT
dikutip dari:Oiklovers.ning.com

1 komentar:

wahyu utami mengatakan...

ech, bgz... bgt.........
q tnggu lnjtny..................


by ; c~luverz

Posting Komentar